Makna Garuda PANCASILA serta asal-usulnya..
Posted by Unknown
on Kamis, 28 Maret 2013
0
·         
           Burung Garuda melambangkan
kekuatan.
·        
Warna emas pada Burung Garuda melambangkan kejayaan.
·        
Perisai
di tengah melambangkan pertahanan bangsa
Indonesia.
·        
Simbol-simbol di dalam perisai masing-masing melambangkan sila-sila dalam Pancasila, yaitu:
1. Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
3. Pohon Beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia.
4. Kepala Banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
1. Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
3. Pohon Beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia.
4. Kepala Banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
                    Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
5. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
                    Indonesia.
·        
Warna Merah Putih melambangkan warna
Bendera Nasional Indonesia.
Merah
berarti berani sedangkan Putih berarti suci.
·        
Garis Hitam tebal yang melintang di dalam
perisai melambangkan wilayah Indonesia yang dilintasi Garis Khatulistiwa.
·        
Jumlah Bulu
melambangkan Hari Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia (17 Agustus 1945), antara lain:
@ Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17 buah.
@ Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8 buah.
@ Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19 buah.
@ Jumlah bulu di leher berjumlah 45 buah.
@ Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17 buah.
@ Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8 buah.
@ Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19 buah.
@ Jumlah bulu di leher berjumlah 45 buah.
·        
Pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda
bertuliskan Semboyan Negara Indonesia,
yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang
berarti "berbeda beda, tetapi tetap satu jua".
ASAL USUL LAMBANG GARUDA
Apa lambang Negara Republik Indonesia? Ya Burung Garuda. Mengapa Negara 
kita menggunakan lambang Negara seperti itu? Sejak kapan  menggunakan 
lambang Negara tersebut? Apa saja arti dari Lambang Negara RI itu?
Burung
 garuda berdekatan dengan burung elang Rajawali. Burung ini terdapat 
dalam lukisan di candi-candi Dieng yang dilukiskan sebagai manusia 
berparuh dan bersayap, lalu di candi Prambanan, dan Panataran berbentuk 
menyerupai raksasa, berparuh, bercakar dan berambut panjang.
Beberapa kerajaan di pulau jawa menggunakan Garuda sebagai 
materai/stempel kerajaan, seperti yang disimpan di Musium Nasional, 
adalah stempel milik kerajaan Erlangga.
Burung Garuda ditetapkan sebagai lambang Negara RI sejak diresmikan 
penggunaannya pada 11 Februari 1950, dan dituangkan dalam Peraturan 
Pemerintah no 66 tahun 1951. Penggagasnya adalah Sultan Abdurrahman 
Hamid Alkadrie II atau dikenal dengan Sultan Hamid II, yang saat itu 
sebagai Mentri Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
Pencipta Lambang Negara Burung Garuda Pancasila
Garuda itu adalah seekor burung yang hidup dalam dunia khayalan, 
terutama dalam pewayangan. Garuda dianggap mulia karena memiliki 
kekuatan dan kecantikan parasnya. Sehingga banyak yang menggunakannya 
dalam berbagai kegiatan yang dianggapnya menunjukkan sebuah power dan 
tentunya kebebasan karena garuda bebas bisa terbang ke mana saja.
Cerita garuda bisa jadi lambang negara adalah benar kalau itu ada 
pengaruh sultan hamid II yang cenderung, dulunya memihak belanda (ingat 
dia ketua BFO - Perserikatan negara2 non-RI setelah agresi militer 
belanda 1). Namun setelah dia diangkat menjadi salah satu pejabat 
negara, sebagai wakil yang memiliki pengaruh di Indonesia bagian Timur, 
beliau ikut sebuah sayembara yang dikeluarkan Presiden Soekarno untuk 
menemukan sosok lambang negara RI yang selama 5 tahun tanpa lambang.
Ketika menjelang HUT RI ke 60, di SCTV ada cerita seorang yang 
meneliti tentang asal-usul lambang negara kita. Penelitian ini adalah 
thesis S2 di UGM. Dari sekian gambar yang masuk, dipilihlah burung 
garuda ini (peserta harus menyematkan 5 pilar/sila yang dikenal sebagai 
Pancasila). Dari gambar burung purba sampai garuda diperlihatkan dalam 
siaran tersebut. Karena memang mencari jawaban tanya selama ini, siapa 
yang menggagas lambang RI?, banyak yang bilang Moh. Yamin, namun 
ternyata usulan Moh. Yamin, ditolak Presiden Soekarno. Penasaran ini 
terjawab sudah, karena di buku jarang banget yang dibahas, sama sebelum 
tahun 2000-an, bila mencari siapa yang menggagas nama Indonesia.
Sultan Hamid II
Sepanjang orang Indonesia, siapa tak kenal burung garuda berkalung 
perisai yang merangkum lima sila Pancasila? Tapi orang Indonesia mana 
sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu?
Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul 
Hamid Alkadrie, putra sulung sultan Pontianak, Sultan Syarif Muhammad 
Alkadrie Lahir  di Pontianak tanggal 12 Juli 1913. Dalam tubuhnya 
mengalir darah Indonesia-Arab walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan
 Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian 
melahirkan dua anak,kedua anaknya sekarang di Negeri Belanda.
Syarif menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, 
dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, 
kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat 
letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.
Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942,
 ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan 
mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat
 agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi sultan 
Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II.
Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan 
penting sebagai wakil daerah istimewa Kalbar dan selalu turut dalam 
perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di 
Indonesia dan Belanda.
Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone
 Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi 
sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang 
memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.
Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi 
Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar
 di Tanah Air menawarkan "over commando" kepadanya, namun dia menolak 
tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA.
Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 
1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas 
pengiriman pasukan TNI ke Kalbar karena tidak mengikutsertakan anak 
buahnya dari KNIL.
Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang 
menggegerkan, Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan 
Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling 
sempat marah.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi 
Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu 
ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan 
gambar lambang negara.
Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974)
 sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, 
disebutkan "ide perisai Pancasila" muncul saat Sultan Hamid II sedang 
merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa 
hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar 
negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila 
divisualisasikan dalam lambang negara.
Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia 
Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio 
Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki 
Hajar Dewantoro, MA Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka 
sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan 
lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku "Bung Hatta Menjawab" untuk
 melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono 
melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, 
yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya 
yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya
 M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan
 pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan
 Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, 
terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi 
kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang
 semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan 
semboyan "Bhineka Tunggal Ika".
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat 
Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. 
Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai 
Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar 
burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan 
dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara 
yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga 
tercipta bentuk Rajawali Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. 
Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet
 RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.
AG Pringgodigdo dalam bukunya "Sekitar Pancasila" terbitan Dep 
Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya 
Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet 
RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih 
"Gundul" dan "tidak berjambul" seperti bentuk sekarang ini.
Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai 
aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid 
II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk 
pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des 
Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala 
burung Rajawali Garuda Pancasila yang "Gundul" menjadi "berjambul" 
dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap
 ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan 
Presiden Soekarno.
Tanggal 20 Maret 1940, bentuk final gambar lambang negara yang telah
 diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian 
memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan 
tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid 
II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan 
bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran 
dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya 
diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. 
Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto 
gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal 
Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak.
Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
Tagged as: Materi Kepaskibraan
About the Author
Write admin description here..
Get Updates
Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.
Share This Post
Related posts




0 komentar: