BENDERA PUSAKA
Posted by Unknown
on Senin, 08 April 2013
0
Sejarah Bendera Pusaka
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi di jalan Pegangsaan timur 56 Jakarta. Setelah pernyataan Kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya secara resmi bendera kebangsaan merah putih dikibarkan oleh dua orang muda mudi dan dipimpin oleh Bapak Latief Hendraningrat. Bendera ini dijahit tangan oleh ibu Fatmawati Soekarno dan bendera ini pula yang kemudian disebut “Bendera Pusaka”.
Bendera Pusaka berkibar siang malam ditengah hujan tembakan sampai ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Pada
tanggal 4 Januari 1946 karena ada aksi terror yang dilakukan Belanda
semakin meningkat, maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
dengan menggunakan kereta api meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta.
Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Tanggal
19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresinya yang kedua. Pada saat
Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak
Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk
menyelamatkan Bendera Pusaka. Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan
salah satu bagian dari sejarah untuk menegakkan berkibarnya Sang Merah
Putih di persada bumi Indonesia. Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka itu, terpaksa Bapak Hussein Mutahar harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya.
Untuk
mengetahui saat-saat penyelamatan Bendera Pusaka, maka terjadi
percakapan yang merupakan perjanjian pribadi antara Presiden Soekarno
dan Bapak Hussein Mutahar yang terdapat dalam Buku Bung Karno
“Penyambung Lidah rakyat Indonesia” karya Cindy Adams:
“Tindakanku
yang terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku (Presiden Soekarno,
Pen).” Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu,” kataku
ringkas. Dengan ini aku memberikan tugas kepadamu pribadi. Dalam
keadaan apapun juga, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga Bendera
kita dengan nyawamu. Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Disatu
waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya kepadaku
sendiri dan tidak kepada siapapun kecuali kepada orang yang
menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam
menyelamatkan Bendera ini, percayakan tugasmu kepada orang lain dan dia
harus menyerahkan ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya.
Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya dan berdoa. Disekeliling kami
bom berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir melalui setiap jalanan kota.
Tanggung jawabnya sungguh berat. Akhirnya ia memecahkan kesulitan ini
dengan mencabut benang jahitan yang memisahkan kedua belahan dari
bendera itu.
Akhirnya
dengan bantuan Ibu Perna Dinata benang jahitan antara Bendera Pusaka
yang telah dijahit tangan Ibu Fatmawati Soekarno berhasil dipisahkan.
Setelah Bendera Pusaka dipisahkan menjadi dua maka masing-masing bagian
yaitu merah dan putih dimasukkan pada dasar dua tas milik Bapak Hussein
Mutahar, selanjutnya pada kedua tas tersebut dimasukkan seluruh pakaian
dan kelengkapan miliknya. Bendera Pusaka ini dipisah menjadi dua karena
Bapak Hussein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa apabila Bendera Pusaka
ini dipisah maka tidak dapat disebut bendera, karena hanya berupa dua
carik kain merah dan putih. Hal ini untuk menghindari penyitaan dari
pihak Belanda.
Setelah
Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditangkap dan
diasingkan, Kemudian Bapak Hussein Mutahar dan beberapa staf
Keprisidenan juga ditangkap dan diangkut dengan pesawat dakota. Ternyata
mereka di bawa ke Semarang dan di tahan di sana. Pada saat menjadi tahanan kota, Bapak Hussein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut menuju Jakarta.
Di
Jakarta beliau menginap di rumah Bapak R. Said Soekanto Tjokroaminoto
(Kapolri I). Beliau selalu mencari informasi bagaimana caranya agar ia
dapat segera menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar
pertengahan bulan Juli 1948, pada pagi hari Bapak Hussein Mutahar
menerima pemberitahuan dari Bapak Sudjono yang tinggal di Oranje
Boulevard (sekarang Jl. Diponegoro) Jakarta, isi pemberitahuan itu
adalah bahwa surat pribadi dari Presiden Soekarno yang ditujukan kepada
Bapak Hussein Mutahar. Pada sore harinya surat itu diambil beliau dan
ternyata benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi yang isinya adalah
perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Hussein Mutahar supaya
menyerahkan Bendera Pusaka yang dibawanya kepada Bapak Sudjono,
selanjutnya agar Bendera Pusaka tersebut dapat dibawa dan diserahkan
kepada Presiden Soekarno di Bangka (Muntok).
Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Hussein Mutahar datang ke Bangka
untukmenyerahkan sendiri Bendera Pusaka langsung kepada beliau
(Presiden Soekarno), tetapi menjadi kerahasiaan perjalanan Bendera
Bangka.
Sebab orang-orang Republik Indonesia dari Jakarta yang tidak diperbolehkan mengunjungi ketempat pengasingan Presiden pada waktu itu hanyalah warga-warga Delegasi Republik Indonesia, antara lain : Bapak Sudjono, sedangkan bapak Hussein Mutahar bukan sebagai warga Delegasi Republik Indonesia.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Bapak Sudjono ke Bangka,
maka dengan meminjam mesin jahit milik seorang istri dokter.Bendera
Pusaka yang terpisah menjadi dua dijahit kembali oleh Bapak Hussein
Mutahar persis lubang bekas jahitan aslinya. Tetapi sekitar 2 cm dari
ujung bendera ada kesalahan jahit. Selanjutnya Bendera Pusaka ini
dibungkus dengan kertas koran dan diserahkan kepada Presiden Soekarno
dengan Bapak Hussein Mutahar seperti yang dije4laskan di atas.
Setelah berhasil menyelamatkan Bendera Pusaka, beliau tidak lagi menangani masalah pengibaran Bendera Pusaka.
*) sebagai penghargaan atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka yang dilakukan olehBapak Hussein Mutahar, Pemerintah Republik Indonesia telah menganugerahkan Bintang Mahaputera pada tahun 1961 yang disematkan oleh Presiden Soekarno
Tata cara Peletakan Bendera Kebangsaan
1. Bendera merah putih diletakkan di sebelah kanan bendera/panji lain;
2. Apabila jumlah bendera yang ada berjumlah genap, maka bendera merah putih diletakkan di sebelah kanan;
3. Apabila jumlah bendera yang ada berjumlah ganjil, maka bendera merah putih diletakkan di tengah-tengah bendera/panji lain;
4. Apabila bendera sudah usang atau tidak layak, maka sebaiknya bendera dibakar agar tidak mengurangi nilai kehormatannya.
Sejarah Penyelamatan Bendera Pusaka
Setelah
Agresi Militer Belanda II, Soekarno mengutus Mutahar untuk
menyelamatkan Bendera Pusaka. Agar tidak terlihat sebagai bendera, maka
Mutahar memutuskan untuk memisahkan jahitan bendera tersebut menjadi dua
bagian, secarik kain merah dan secarik kain putih, kemudian dimasukkan
ke dalam kopornya.
Di tengah
perjalanan, Mutahar tertangkap oleh Belanda, namun akhirnya dalam
perjalanan itu beliau dapat meloloskan diri dan mengungsi di kediaman
Sarjono (seorang anggota delegasi). Selanjutnya Mutahar mendapat kabar
dari Soekarno agar bendera tersebut diserahkan saja kepada Sarjono.
Karena pada saat itu yang boleh menemui Soekarno hanya anggota delegasi
saja. Maka atas jasanya pada tahun 1961, Mutahar diberikan gelar Bintang
Mahaputera dalam usahanya menyelamatkan Bendera Pusaka.
Sejarah pengibaran bendera Pusaka
Bendera Pusaka dikibarkan pada tahun 1945 di Jakarta. Namun pada tahun 1946 – 1948 Bendera Pusaka dikibarkan di Yogyakarta. Pada waktu itu dikibarkan dengan formasi 5 orang (3 putri dan 2 putra), formasi ini berdasarkan Pancasila.
Bendera
Pusaka dikibarkan sejak tahun 1945 – 1966 dengan formasi tersebut,
sedangkan sejak tahun 1967 mulai menggunakan formasi pasukan 17-8-45 dan
sejak saat itu pula Bendera Pusaka diganti dengan Bendera Duplikat.
Bendera Duplikat dibuat di Balai Penelitian Tekstil Bandung yang dibantu oleh PT Ratna di Ciawi, Bogor.
Upacara penyerahan Bendera Duplikat dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus
1969 di Istana Negara Jakarta yang bertepatan dengan reproduksi Naskah
Proklamasi Kemerdekaan. Bendera Duplikat mulai dikibarkan bersama dengan
utusan-utusan dari 26 propinsi sejak tahun 1969 sampai dengan sekarang.
Bendera
Duplikat dibuat dari benang wol dan terbagi menjadi 6 carik kain
(masing-masing 3 carik merah dan putih). Sedangkan Bendera Pusaka
terbuat dai kain sutera asli.
Nama
pasukan pengibar bendera pada tahun 1967 – 1972 dinamakan Pasukan
Pengerek Bendera, sedangkan mulai tahun 1973 sampai dengan sekarang
dinamakan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
Regu-regu
pengibar sejak thun 1950 – 1966 diatur oleh rumah tangga kepresidenan,
setelah itu diganti oleh Direktorat Pembinaan Generasi Muda.
Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 menetapkan peraturan tentang Bendera
Pusaka, tanggal 26 Juni 1958 dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 65 tahun
1958 dan penjelasan dalam tambahan Lembaran Negara Nomor 1.633,
diundangkan pada tanggal 10 Juli 1958. Dalam peraturan tersebut, hal-hal
penting yang dimuat antara lain :
1.
Bendera Pusaka ialah bendera kebangsaan yang digunakan pada upacara
Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 (Pasal 4
ayat 1);
2. Bendera Pusaka hanya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus (Pasal 4 ayat 20;
3.
Pada waktu penaikan atau penurunan bendera kebangsaan, maka semua yang
hadir tegak, berdiam diri sambil menghadap muka kepada bendera sampai
upaca selesai. Mereka yang berpakaian seragam dari suatu organisasi
memberi hormat menurut cara yang telah ditentukan oleh organisasinya
itu. Sedangkan mereka yang tidak berpakaian seragam memberi hormat
dengan meluruskan tangan ke bawah dan melekatkan telapak tangan dengan
jari-jari rapat pada paha dan semua jenis penutup kepala harus dibuka
kecuali kopiah, ikat kepala, sorban, dan tudungan atau topi wanita yang
dipakai menurut agama atau adar kebiasaan (Pasal 20);
4.
Pada waktu dikibarkan atau dibawa, bendera kebangsaan tidak boleh
menyentuh tanah, air, atau benda-benda lain. Pada bendera kebangsaan
tidak boleh ditaruh lencana, huruf, kalimat, angka, gambar, atau
tanda-tanda lain (Pasal 21).
Tagged as: Materi Kepaskibraan

Write admin description here..
Get Updates
Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.
Share This Post
0 komentar: